Jangan Berbuka Puasa Dengan Makanan Yang Manis - pakdin.my

Penulisan dari idea hasil komen rakan-rakan di Facebook

Ramadhan bakal muncul kembali. Di bulan puasa, kita sering mendengar kalimat ‘Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis,’ katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?

Dari Anas bin Malik ia berkata : “Adalah Rasulullah berbuka denganRutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak adakurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)

Nabi Muhammad Saw berkata : “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”

Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka puasa dengan air. Samakah kurma dengan ‘yang manis-manis’? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate). Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita ambil sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).

Darimana asalnya kebiasaan berbuka dengan yang manis? Tidak jelas. Malah berkembang jadi ikutan umum masyarakat, seeolah-olah berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah ’sunnah Nabi’. Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) boleh merosakkan kesihatan.

Dari dulu hati saya terdetik dalam hal ini, bahawa berbuka puasa ‘disunnahkan’ minum atau makan yang manis-manis. Sepengetahuan saya, Rasulullah mencontohkan buka puasa dengan kurma atau air putih, bukan yang manis-manis. Mungkin kerana kurma itu manis makakita beranggapan sedemikian.

Kurma, dalam keadaan asalnya tidak terlalu manis. Kurma segar (rotab) merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, tidak mengemukkan (data di sini dan di sini). Tetapi kurma yang dibawa kenegara kita suatu ketika dahulu yang berwarna kemasan-kemasan di bulan Ramadhan merupakan ‘manisan kurma’ (preserved with sugar), bukan kurma segar.  Kalau mahu mengikut sunnah Rasulullah, sebaik mungkin carilah kurma segar yang tanpa ditambahkan kandungan gula. Sekarang ini sudah mudah dicari dipasaran samada yang kering atau basah (rotab).

Kenapa berbuka puasa dengan yang manis boleh merosak kesihatan?

Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, menagambil masa untuk diproses. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik mendadak. Sangat tidak sihat. Karbohidrat kompleks seperti kurma asli, kadar kenaikannya perlahan.

Mari kita berbicara mengenai ‘indeks glikemik’ (glycemic index/GI) saja. Glycemic Index (GI) adalah cepat makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu diubah menjadi gula, oleh itu tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.

Pengamal praktis fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan menjauhi makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Seboleh-bolehnya mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin mengumpul lemak. Pengumpulan lemak tubuh adalah yang paling ditakuti.

Selepas perut kita kosong seharian dan terus dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat bertindakbalas untuk mengumpul lemak.

Seorang sufi yang diberi Allah ‘ilmu tentang urusan kesehatan jasad manusia. Kata Beliau, bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah sholat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merosak badan dan membawa penyakit. Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di disini suatu ketika dahulu adalah ‘manisan kurma’, bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya jauh berlipat kali ganda banyaknya.

Inilah sebabnya ramai orang di bulan puasa yang  lemaknya bertambah: perut, pinggang, ponggong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Ini terjadi karena terus membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh mengumpul lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.

Karena kepercayaan umum masyarakat yang beranggapan bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah ’sunnah’, maka puasa bukannya  menyehatkan kita. Ramai orang di bulan puasa menjadi lemas, mengantuk, atau mungkin tambah gemuk karena berlebihan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka kesannya ‘rajin puasa = rajin berbuka dengan gula.’

“MARHABBAN YA RAMADHAN”

UTAMAGAYA HIDUPAGAMAJangan Berbuka Puasa Dengan Makanan Yang Manis

Kongsi Berita

Swipe kiri - kanan untuk berita sebelum & selanjutnya
Implement swipe gesture in Angular application | by Milan Perovic | Medium