DIalog Imam Asy Syafi’i dengan murid seniornya, Al Buwaithi:
البويطي يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا المرجئ. قلت: صفهم لنا. قال: من قال: الإيمان قول، فهو مرجئ، ومن قال: إن أبا بكر وعمر ليسا بإمامين، فهو رافضي، ومن جعل المشيئة إلى نفسه، فهو قدري
Albuwaithi: “Aku pernah bertanya kepada Imam Asy Syafi’i, apakah boleh aku shalat di belakang orang berpaham (syi’ah) rafidhah?”
Imam Asy Syafi’i menjawab: “Janganlah shalat di belakang orang yang berpaham Syi’ah Rafidhah, atau orang berpaham Qadariyah, atau orang berpaham Murji’ah!”.
Al Buwaithi mengatakan: “Sebutkanlah sifat mereka kepada kami!”
Imam Syafi’i menjawab: “Barangsiapa mengatakan bahwa iman itu perkataan saja, maka ia seorang Murji’ah. Barangsiapa mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan imam, maka ia seorang Syiah Rafidhah. Barangsiapa menjadikan kehendak untuk dirinya, maka ia seorang Qadariyah”
(Siyaru A’lamin Nubala, karya Imam Dzahabi 10/31).
Imam Bukhari berkata : “Bagi saya sama saja, apakah aku solat dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rafidhah (Syiah) atau aku solat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seseorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh berkahwin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan haiwan yang disembelih oleh mereka. (Imam Bukhari / Khalgul Afail, halaman 125).
Oleh Hazmin