POLITIK Malaysia hari-hari ini adalah politik kelabu. Penuh intrik dan intimidasi. Surplus dengan tipu daya dan muslihat. Defisit dalam akhlakul karimah.
Mahatir Mohamad malah menyebut dirinya dikhianati oleh Muhyiddin Yassin, yang kini tengah menjabat Perdana Menteri.
Sebelum itu, tokoh oposisi lain, Anwar Ibrahim, merasa dirinya ditipu dan dihianati oleh Mahathir Mohamad.
Praktik politik di Malaysia hari-hari dan pekan-pekan terakhir adalah pengukuhan ajaran Machiavelli, tujuan menghalalkan segala cara (end justifies the means).
Permufakatan Mahathir dan Anwar
Pangkal kekisruhan diawali oleh permufakatan antara Mahatir Mohamad dan Anwar Ibrahim dua tahun silam. Dua seteru itu tiba-tiba menyatu mendirikan partai koalisi untuk menggempur Najib Razak dan mendongkelnya. Sukses gemilang.
Mahathir jadi Perdana Menteri lagi dan mengangkat Wan Azizah, isteri Anwar Ibrahim sebagai Timbalan Perdana Menteri.
Mahatir Mohamad meyakinkan Anwar Ibrahim bahwa ia hanya menduduki jabatan itu dua tahun. Tongkat kepemimpinan Malaysia akan diserahkan ke Anwar Ibrahim setelah dua tahun berlalu.
Saya masih ingat, Jusuf Kalla mengingatkan Anwar Ibrahim ketika itu.
Apa betul permufakatan Anda dengan Mahatir sudah ditimbang-timbang? Bukankah Mahathir yang mengakhiri karier politik Anda dan memenjarakanmu, begitu Jusuf Kalla menasihati Anwar Ibrahim.
“Itu yang lalu Pak Jusuf. Insya Allah, Mahatir Mohamad akan memenuhi janjinya,” jawab Anwar ke Jusuf Kalla.
Sebelum dua tahun masa kepemimpinan Mahatir berakhir, Anwar sudah melakukan berbagai gerakan tagih janji.
Saling mengkhianati
Mahatir dengan pengalaman jam terbang politik yang begitu lama, mengambil sebuah gerakan politik spektakuler.
Ia mengundurkan diri dan mendemisionerkan kabinetnya sendiri. Pengunduran dirinya diterima oleh Raja.
Tujuan politik Mahatir sangat jelas. Ia ingin meneruskan kekuasaannya dan tidak ingin ditagih oleh Anwar Ibrahim. KOMPAS.COM
Rujukan: